Jumat, 03 Oktober 2014

Avontur ke Kota Seribu Satu Goa


Langit cerah, musim yang baik. Sudah waktunya untuk menikmati alam Indonesia wahai anak muda. Tuhan sudah menciptakannya untukmu, bukan untuk dirusak atau dicemari. Bukan juga dimanfaatkan untuk hal-hal komersil tapi dikembangkan agar semua bagian dari kita bisa menikmati keindahan alam Indonesia sampai ke plosok-plosok tersembunyi. Salut untuk semua pengelola wisata Indonesia yang baik dan bijaksana, salut untuk tukang sampah yang tak lelah bekerja, salut juga untuk kamu yang ngga membuang sampah sembarangan.
Alam kita kaya, apalagi masalah pantai. Bagian alam yang memisahkan daratan dan lautan, Indonesia mempunyai panjang pantai keenam di seluruh dunia. Kali ini saya merindukan pantai, setelah gunung, bukit dan mempelajari sejarah Indonesia. Saya dan teman-teman saya melakukan perjalanan ke kota seribu satu goa, mana lagi kalau bukan kota Pacitan. Salah satu kota di selatan pulau Jawa bagian timur. Kota kelahiran bapak SBY ini memiliki sejuta pesona keindahan alam. Selain goa nya, pantai Pacitan namanya sudah tersohok sejak dahulu, mulai dari pantai Teleng sampai akhir-akhir ini banyak yang membicarakan pantai Buyutan, pantai yang katanya baru-baru ini ditemukan dan belum terjamah oleh wisatawan.
Seperti kebiasaan kita sebelum berpergian kita pasti menggali semua informasi tentang tempat tujuan kita, mulai dari tanya mbah Google sampai tanya teman yang asli dari Pacitan. Pantai pacitan selain keindahannya juga menyimpan sejuta fenomena yang membuat saya semakin bergairah untuk melakukan perjalanan kali ini. Akhirnya kita putuskan tanggal 29-30 Agustus kita turuti hasrat piknik kita. Kali ini saya, mas Rakih, Arika, Mbeng, Sinta, mas Aziz, Handa melakukan perjalanan mengunakan mobil, sekali-sekali jadi anak hore dong, mobil-mobilan men.
Sore itu sekitar pukul 4 sore dengan segala persiapan, tenda, kompor, logistik, bensin mobil, cek mesin mobil, dll kita berangkat. Pelan tapi pasti, tujuan utama kita adalah pantai Siwil. Untuk ngecamp dan bermalam disana. Perjalan di temani alunan suara mas Duta, syahdu bingit gaes. Rute perjalanan kali ini melewati Solo-Sukoharjo-Wonogiri-Pacitan. Kita juga melewati Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dan kita menikmati senja di Wonogiri.


Setelah sampai kota Pacitan kami berhenti sejenak untuk tanya jalan dan tanya informasi tentang pantai Siwil, karena kita menjunjung tinggi prinsip malu bertanya sesat dimasa lalu haha. Pacitan menyimpan jutaan mitos yang percaya ngga percaya sudah diyakini orang sana dari dulu.
Pantai pacitan mempunyai banyak cerita tentang tragedi-tragedi yang terjadi pada pengunjung pantai, kita disarankan warga sana untuk tidak ke pantai malam itu karena berbahaya, jalan ke pantai juga melewati hutan dikhawatirkan ada orang jahat di jalan. Tapi karena hari belum begitu malam dan kita bertujuh jadi kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ini menantang men, untuk ada cowok-cowok sok kece disekitar saya haha. Sampai di daerah Ngadirojo kita berhenti untuk bertanya ke penduduk sekitar, ternyata kita sudah kelewat berkilo-kilo meter dari pantai Siwil, dan menurut informasi sangat bahaya untuk bermalam di pantai Siwil karena pantai nya di daerah yang cukup terpelosok. Oke ini membuat kita sedikit berfikir. Akhirnya kita menemukan pantai di daerah situ yaitu pantai Taman, pantai dimana tempat penangkaran penyu. Pantai ini aman untuk ngecamp dan bermalam karena juga dekat dengan rumah warga. Disana kita bertemu pemuda desa yang baik, kita ngobrol-ngobrol dan dicarikan kulit kelapa untuk perapian. Lepas dari segala mitos tentang pantai-pantai di Pacitan, kita nikmati malam ini, ini malam yang kita tunggu-tunggu men.
Kita habiskan dengan masak-masak, main kartu, nyanyi-nyanyi ditemani bintang-bintang di langit, dan suara deburan air laut. Malam yang baik, kita menyatu dengan alam, Terimakasih alam sudah menyembukan segala luka kita. Ini Indonesia men, alam nya aja bisa nyembuhin luka apalagi orang-orangnya.


Malam semakin larut, kita semua istirahat. Saya, Sinta dan Handa tidur di mobil. Mas Rakih, Arika, Mbeng dan mas Aziz tidur di tenda. Selamat tidur gaes..
Pagi menjelang, pagi-pagi kita udah pada bangun buat nikmati secangkir kopi dan sunrise dari balik bukit samping pantai. Ini perpaduan yang pas men kopi, pagi, sunrise, bukit, laut, dan kita. Yey, Tuhan Maha Asik.
Btw penduduk sini juga masih ada yang menggunakan sumur untuk suber air bersih. Dan sampai kita pergi hanya satu dua pengunjung yang datang ke pantai Taman. Ini tu berasa kaya private beach gitu, ini pantai kita bung haha.




Setelah puas menikmati pantai Taman, kita berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan kita tanpa rencana, biar Tuhan yang menuntun langkah kita. Pergi dari pantai Taman kita bertanya-tanya warga sekitar. Akhirnya kita putuskan untuk ke Pantai Klayar, salah satu destinasi favorit pada wisatawan, baik lokal maupun domestik. Perjalanan meninggalkan pantai kita disuguhi pemandangan yang epic, kita juga melewati Pantai Soge dan pantai-pantai yang lain.




Sebelum menuju Pantai Klayar kita isi amunisi dahulu, ternyata lumayan susah mencari makan di Pacitan pagi hari. Sebagian besar warung belum pada buka, sebagian yang lain masakannya belum matang. Padahal hari sudah tidak begitu pagi, mungkin mereka lelah haha. Setelah berjalan agak jauh kita baru dapat makan di sekitaran pasar tradisional. Setelah cukup punya energi lagi kita langsung come on menuju pantai Klayar. Jalan menuju pantai klayar sedang diperbaiki. Oleh karena itu kita harus hati-hati, sesekali kita harus berhenti untuk bagi jalan dengan mobil dari arah yang lain, karena jalan yang sebelumnya cukup sempit.
Dan tak beberapa lama kemudian sudah tercium aroma pantai, oh Tuhan. Rasanya tu pengen turun dari mobil langsung lari trus nyebur ke laut gitu. Eh, tapi sepertinya itu hanya angan-angan gaes, usut punya usut hari itu kita ngga boleh nyebur ke pantai karena lagi banyak ubur-ubur beracun berkeliaran dimana-mana. Padahal ubur-ubur kan lucu. Oke demi keamanan dan keselamatan kita bersama kita nurut aja sama peraturan ya, peraturan kan ada buat di langgar, eh.
Dan akhirnya huaaaaa ini dia pantai Klayar, lebih dari Indah ini cuy. Jadi ceritanya dulu pantai ini belum terkenal seperti sekarang. Pantai Klayar mulai dikenal seluruh warga Indonesia sejak bapak SBY jalan-jalan men kesitu bersama keluarga beliau, sekitar 2 tahun yang lalu. Nah sejak itu pantai Klayar tiap hari nya ngga luput dari wisatawan. Kenapa dinamakan Klayar itu karena berasal dari kata Klayar-Kluyur yang artinya jalan-jalan, jadi namanya pantai Klayar. Jawa banget kan namanya, kece dong.
Ini waktunya kita lari-lari dipantai sambil merem trus bersyukur trus berdoa biar ngga nabrak hahaha. Pantai Klayar terbentang luas, dari ujung kanan sampai ujung kiri, kita susuri pelan-pelan ditemani terik matahari siang itu. Untuk kali ini bodo amat mau kulit item juga terserah, yang penting nikmati pantai Klayar men. Sebenarnya yang bagian kiri itu namanya udah beda lagi, namanya Segoro Rupak gitu menurut ibu yang jualan es kelapa muda yang udah saya kepoin. Ombak laut selatan besar men, jadi mending ngga usah aneh-aneh disini, ngga usah nyebur apa lagi foto ditebing-tebing yang bisa kesamber ombak. Kecuali kalo kamu udah lelah dengan kehidupan ini, haha


Pecah men. Ini baru segelintir bagian kecil keindahan Indonesia.
Setelah lari-lari sampai ujung, kita naik ke bukit samping pantai Klayar. Ide yang cemerlang banget gaes. Sampai atas kita dibikin ngga bisa berkata-kata lagi sama alam, ini sih super duper pecah men. Jadi kita bisa melihat lautan luas dari atas trus kalo nengok ke kanan kiri kita bisa melihat pantai trus lagi kalo nengok kebelakang kita bisa melihat daratan. Tuhan menciptakan dunia ngga ada kurangnya. Kaya Tuhan nyiptain kamu buat aku, eh maap. Ini waktunya kita mengabadikan keindahan Indonesia untuk di share ke orang lain, terutama buat kamu yang belum kesini. Disini ada seruling samudra juga, jadi semacam batu gitu bisa nyemburin air dari dalam laut.




Dan bersyukurlah kepada Yang Maha Esa atas segala kenikmatan ini kawan, berdoalah agar anak cucu kita kelak masih bisa menikmati ini semua.
Setelah puas diatas bukit yang so awesome, kita turun bukit menikmati es kelapa muda di pingir pantai yang syahdu. Dan kemudian kita menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan kita. Kali ini Tuhan menuntun langkah kita untuk mengejar sunset tanah Pacitan. Kita putuskan ke Pantai Srau, menurut bapak-bapak yang jaga loket pantai Klayar di Pantai Srau kita bisa melihat sunset yang kece badai. Semangat kita bertambah lagi gaes.
Sebelum itu kita bersihin diri dengan mandi, cerahkan wajah dengan wudhu, dan sucikan hati dengan sholat. Boleh jalan-jalan asal ibadah ngga lupa, ini yang paling penting men.
Cus kita ke Pantai Srau, brum brum bruummm.... akhirnya kita sampai Pantai Srau. Waw it is more more beautiful. Jadi di pantai Srau ini sebenernya kita tu bisa nikmati sunrise dan sunset sekaligus, cuma tinggal berbelok arah doang. Ini pantai tu kece gilak, sekelilingnya aja masih asri gitu ada pohon-pohon kelapa menjulang tinggi trus rumput-rumput yang masih hijau. Dan yang harus kamu tau disini pantai nya bersih banget, ngga ada sampah seupilpun. Kita nunggu sunset disini men, sembari nunggu kita jalan-jalan keliling pantai. Ini kalau jalan kaki ngga selesai sesore kalo mau nglilingi semua bagian pantai. Jadi pantainya tu luas banget. Kita putuskan untuk naik-naik bukit biar bisa melihat semuanya dari atas. Dan kita dibikin takjub lagi, Tuhaaan.



Kemudian yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga, kamu iya kamu. Senjaku yang wow banget. Senja memang selalu indah namun sesaat, cakep namun sebentar, memukau namun lekas menghilang. Halah, yang pasti kita nikmati ini semua men.





Sunset ini menutup perjalanan kita di Pacitan gaes. We will come back for you someday, Insya Allah.
Terimakasih mas Rakih, Arika, Mbeng, Mas Aziz, Sinta, Handa.
Kalo kata mas Duta sih, demi bermain bersama kita duakan segalanya merdeka kita kita merdeka.
Terimakasih doble nya buat yang udah bersedia jadi supir pulang pergi, semoga juga bisa jadi "supir" masa depanku juga hahaha eh eh.
Terimakasih tanah seribu satu goa, Terimakasih Indonesia.
Don't stop traveling. Move from your place, you're not a tree gaeeess...
Untaian puisi terindah sekalipun belum bisa mewakili keindahan alam mu, Pacitan.